Hidayatullah.com—Tahukah
Anda bahwa ada komponen penting dari kebahagiaan yang sering diabaikan?
Secara ilmiah, bersyukur secara teratur justru dapat meningkatkan
kebahagiaan sebanyak 25 persen, demikianlah salah satu hasil studi yang
dilakukan Robert A. Emmons, Ph.D., dari University of California.
Robert Emmons yang juga editor-in-chief of the Journal of
Positive Psychology mengungkap rahasia apa arti penting harus
merasa bersyukur.
Hasilnya menunjukkan, banyak bersyukur dan
berpikir positif justru dapat membawa pengaruh baik bagi kesehatan,
mood, hingga hubungan dengan
pasangan.
Dalam studinya, ia
mengamati hubungan antara kebahagiaan dengan kondisi kesehatan
seseorang. Dalam riset ini, tim peneliti meminta para respondennya untuk
mengisi buku harian selama 10 minggu. Buku harian ini berisi lima hal
yang mereka syukuri yang terjadi minggu lalu. Hasilnya, para responden
terbukti 25 persen lebih bahagia dari sebelumnya. Mereka juga
menunjukkan kondisi tubuh yang lebih bugar ketimbang orang-orang yang
kurang bersyukur atas apa yang dialaminya.
“Riset ini menunjukkan
bahwa rasa bersyukur dapat membawa efek yang luar biasa dari segi fisik
dan psiko-sosial,” tutur Rita Justice dari University of Texas Health
Science Center, seperti dikutip Huffington Post.
“Praktik
menulis harian syukur dan praktek-praktek lainnya sering tampak begitu
sederhana dan mendasar; dalam studi kami, kita sering memiliki
orang-orang menyimpan catatan harian rasa syukur sekitar tiga minggu.
Namun hasilnya sudah luar biasa. Kami telah mempelajari lebih dari
seribu orang, dari usia 8 – 80 tahun, dan menemukan bahwa orang yang
berlatih dengan konsisten perasaan rasa syukur dilaporkan banyak membawa
manfaat,” tulis Robert A. Emmons dalam artikelnya yang dimuat di
www.dailygood.org.
Menurut Emmons, tiga kekuatan sebagai bagian
dampak rasa syukur pada tiap orang. Pertama dampak fisik, psikologi dan
sosial.
Secara fisik, orang yang banyak bersyukur akan memiliki;
sistem kekebalan tubuh yang kuat, kurang terganggu oleh sakit dan
nyeri, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidur bisa lebih lama dan
merasa lebih segar setelah bangun.
Sedang secara psikologis,
orang yang banyak bersyukur memiliki tinggi tingkat emosi positifnya,
lebih waspada, hidup, dan terjaga, lebih bersukacita dan senang juga
lebih optimis dan mudah bahagia.
Secara sosial; ia lebih mudah
membantu, murah hati, dan penuh kasih pada orang lain dan sedikit
memiliki rasa kurang kesepian dan terisolasi.
Menurut Emmons, ada dua komponen sebagai dampak rasa syukur. Pertama,
merupakan penegasan dari kebaikan. Kedua, dengan syukur bisa mencari
tahu dari mana kebaikan datang.
“Ini tidak berarti bahwa
kehidupan sempurna, tetapi tidak mengabaikan keluhan, beban, dan
kerepotan. Tetapi ketika kita melihat kehidupan secara keseluruhan,
syukur mendorong kita untuk mengidentifikasi beberapa jumlah kebaikan
dalam hidup kita.”
Sebelumnya, tahun 2008, studi 2008 yang
dilakukan psikolog Alex Wood yang ditulis dalam Journal of Research
in Personality, menunjukkan rasa terima kasih dan stukur dapat
mengurangi frekuensi dan durasi episode depresi. Sedang penelitian yang
dilakukan Michael McCullough dan Jo-Ann Tsang telah menyarankan bahwa
orang yang memiliki tingkat rasa syukur memiliki tingkat rendah
menyangkut perasaan benci dan iri hati.
“Ini masuk akal. Anda
tidak bisa merasa iri dan bersyukur pada saat yang sama. Mereka perasaan
yang tidak kompatibel. Jika Anda bersyukur, Anda tidak dapat membenci
seseorang untuk memiliki sesuatu yang Anda tidak miliki,” ujar Emmons.
Sebelum
penelitian ini, Allah SWT telah memberikan janjinya bagi orang-orang
yang benyak bersyukur. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
(Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (QS:
Ibrahim: 7).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar